“Tubuhnya lemah, jalannya lunglai, mata sayu, nafsu makan berkurang. Tidak hanya itu, jumlah kotoran berkurang dari biasanya. Kadang juga diare. Pemeriksaan kesehatan harus rutin dan segera dilakukan,” ujar Wahyu.
Bahkan jika gejala berlanjut, harus juga dengan cek laboratorium darah, feses, dan urin.
Kerjasama dengan mahout terang dia sangat penting untuk mengetahui riwayat kesehatan gajah.
“Pastinya, kami akan bertanya ke mahout, apa yang dimakan gajah asuhannya beberapa hari terakhir. Bagaimana nafsu makan minumnya, tingkah laku, kondisi feses dan urin serta catatan medis lain pendukung untuk memastikan riwayat keseharian,” Urai pria lulusan Pendidikan Dokter Hewan Universitas Udayana Bali itu.
Selain itu, tambahnya kesehatan seekor gajah tidak semata tergantung pada gajahnya saja, melainkan juga pada lingkungannya. Semakin berkurang (atau mengecil) habitatnya, nutrisi yang tersedia akan semakin sedikit. Alhasil, gajah harus disuplai dengan suplemen buatan manusia.
Hewan Cerdas, Manja dan Jahil
Banyak kesan cerita Drh. Wahyu saat merawat gajah, yang sehat, sakit, gajah hamil maupun merawat anak gajah.
“Ketika sakit, sifat manjanya keluar. Bahkan, pawangnya [mahout] harus menunggu. Bila tidak dituruti, dia gelisah.” Tuturnya.
Merawat hewan terang Wahyu tidak cukup dengan pengetahuan medis saja perlu naluri dan kesungguhan.