Meski demikian, potensi jangkrik tidak hanya terbatas pada pakan ternak. Kandungan protein tinggi yang dimilikinya mulai menarik perhatian dunia internasional. Beberapa negara G-20 dalam pertemuan di Bali bahkan sempat membahas pemanfaatan tepung jangkrik sebagai bahan pangan alternatif. Ini menunjukkan bahwa, jika dikelola dengan baik, jangkrik bisa menjadi sumber protein masa depan dengan nilai tambah tinggi.
Mengingat laju produksi jangkrik yang cepat, banyak pihak berharap agar pemerintah daerah dapat melakukan kajian lebih mendalam mengenai potensi usaha ini. “Pemerintah perlu mendorong pembentukan kelompok-kelompok tani baru agar peternak tidak bersaing secara individual, melainkan bersinergi dalam koperasi khusus. Dengan begitu, hasil panen bisa dipasarkan lebih optimal dan harga jual lebih stabil,” ungkap salah satu anggota DPRD Musi Banyuasin.
Dukungan dari berbagai pihak juga diperlukan untuk memajukan usaha ini. Para ahli agribisnis menilai bahwa teknologi budidaya jangkrik sudah cukup matang untuk dikembangkan secara luas. Dr. Hadi Kusuma, seorang pakar agrikultur, menekankan bahwa dengan riset yang tepat, jangkrik bisa diolah menjadi produk bernilai tinggi seperti tepung jangkrik kaya protein. “Ini tentu membuka pasar baru, baik di tingkat lokal maupun nasional,” katanya.