Seiring dan berjalannya waktu, midang ini terus mengalami perkembangan sehingga menjadi sebuah agenda pariwisata di OKI. Bahkan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya tak Benda (WBTB) oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.
Kenalkan Sastra Tutur ‘Cang Incang’ ditengah Terpaaan Teknologi Digital
Selain ‘Midang Bebuke’ Idul Fitri kali ini juga dimeriahkan dengan perlombaan ‘Cang Incang’ yang di ikuti oleh anak muda gen Z. Lomba ini bertujuan agar dapat menginspirasi lebih banyak anak muda OKI untuk mencintai dan mengerti nilai budaya daerah ditengah terpaan kemajuan teknologi digital.
“Saya bangga masyarakat OKI kuat menjaga tradisinya. Generasi muda harus tau dan bangga dengan budaya daerahnya ditengah kemajuan teknologi digital,’ Ujar Gubernur Sumsel, Herman Deru.
Tradisi Cang-incang adalah sastra lisan yang diwariskan secara turun temurun oleh masyarakat Kayuagung, Sumatera Selatan. Tradisi ini biasanya ditampilkan pada upacara pernikahan. Ciri khas Cang-Incang Kayuagun mengandung kata-kata klasik dan ungkapan-ungkapan yang mencerminkan kebudayaan masyarakat setempat. Biasanya dituturkan oleh mempelai perempuan kepada keluarganya pada saat ia akan melangsungkan acara pernikahan. Juga dipergunakan oleh pemuka adat dalam upacara adat perkawinan masyarakat Kayuagung. Melalui perlombaan Cang-incang, diharapkan akan ada generasi penerus yang akan terus melestarikan tradisi turun-temurun itu.